Meski beraktivitas seharian di sekitar perpustakaan, ia termasuk salah satu warga yang jarang memberdayakan perpustakaan hingga enam bulan yang lalu Sulis berkunjung ke sana. Waktu itu saya bertanya kepada pegawai perpustakaan, apa yang ada di perpustakaan, lalu bapaknya menjawab semuanya ada di perpustakaan, ujarnya.
Kala itu perempuan berusia 49 tahun ini ingin tahu soal obat penawar sakitnya dan mencari buku bertemakan Diabetes. Lalu ia menemukan buku cara mengulas obat herbal.
Hingga Sulis menemukan salah satu obat herbal dari tumbuhan Bawak Dayak. Saya tidak tahu kalau Bawang Dayak bisa mengobati diabetes padahal suami saya menanamnya, katanya.
Buku itu langsung ia pinjam, bermodal itu Sulis mencoba mengolah Bawang Dayak untuk dikonsumsi sebagai obat. Saya bawa pulang dan saya coba mengolahnya.
Setelah beberapa kali mencoba racikan sendiri, Sulis merasa membaik, tumbuhnya mulai terasa ringan, penglihatannya juga mulai terang. Saya coba minum beberapa kali, khasiatnya mulai terasa, katanya.
Sulis kian mengandrungi dunia herbal, ia merasa beruntung tinggal di Kalimantan yang masih banyak hutan, kadang ia sengaja berkeliling hutan untuk mencari tumbuhan herbal. Kalau ada tumbuh yang saya temui saya bawa pulang dan saya tanam, katanya.
Ia mengatakan rumahnya mulai ramai dengan tanaman herbal. Ada satu buku yang sengaja Sulis copy untuk panduan jika ada warga sekitar menanyakan obat. Ada satu buku herbal, jika ada tetangga tanya obat, asam urat, sakit kepala saya lihat bukunya lalu saya carikan tumbuhannya, katanya
Sekarang Sulis juga sudah memperdagangkan Bawang Dayak, lantaran hanya bisa tumbuh dengan kualitas baik di Kalimatan, Sulis sudah mensuplai ke Jawa dan Sulawesi. Jika ditanam di luar Kalimantan ada unsur yang tidak terkandung, ujarnya.
Dengan usaha barunya itu, Sulis bisa mendapatkan penghasilan lain, bahkan lebih besar dari hasil dia berdagang. Dalam sebulan bisa untung Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, girang Sulis.
Perpustakan yang dikunjungi Sulis merupakan salah Mitra dari Perpuseru-Program Coca Cola Foundation Indonesia. Kami ingin perpustakaan bukan hanya tempat simpan pinjam, tapi pusat bagi akses dan kreativitas bagi masyarakat, ujar Titie Sadarini, CEO Coca Cola Foundation Indonesia
Titie mengatakan misi dari program ini untuk memberikan peluang dan akses yang lebih besar bagi masyarakat. Sudah enam tahun berjalan Perpuseru memiliki 700 mitra perpustakan dari 18 provinsi.
Perpustakan ini aset yang di seluruh desa wajib ada, ini yang ingin kami kembangkan,
Titie mengatakan Perpuseru difokuskan untuk daerah pelosok dan pedesaan yang jauh dari jangkauan dan informasi. Setiap perpustakaan difasilitasi dengan komputer dengan jaringan internet. Kami ingin perpustakaan sebagai pusat kreativitas dan masyarakat untuk mengembangkan dirinya. Sudah banyak suksesor yang lahir dari Perpuseru. Seperti Sulistioningsih yang bermula mencari obat penawar sakit diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar